Lahirnya Kecerdasan Emosional dan Spiritual dari Ketulusan Guru

Guru, Keutamaan dan Sikap Bathinnya


Mengajar adalah aktivitas yang sangat mulia yang berkaitan dengan ilmu, karena di dalamnya ada kegiatan; mencari, memproduksi, mendayagunakan, dan mentransferkan ilmu dimana hal tersebut aktifitas yang sangat mulia.


Orang yang berilmu dan mengamalkannya , maka ia adalah orang yang akan dipanggil sebagai orang yang agung di kerajaan-kerajaan langit. Ia bagaikan matahari yang menyinari orang lain, dan ia bersinar terang benderang. Orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkannya tidak beda seperti sumbu lampu yang menerangi orang lain  tetapi ia sendiri terbakar hangus sebagaimana dikatakan:


Ia tidak lain hanya sebuah sumbu lampu yang terbakar#menyinari orang-orang tetapi ia sendiri terbakar hangus


Orang yang menyibukkan diri dengan mengajar, maka sesungguhnya ia menyandang urusan yang agung/besar dan berbobot. Maka, hendaklah pengajar menjaga etika dan tugas-tugasnya, diantaranya:


1.      الشفقة على المتعلمين و أن يجريهم مجرى بنيه


Menyayangi murid dan memperlakukannya layaknya anak sendiri.


2.      أن يقتدي بصاحب الشرع صلوات الله عليه و سلامه، فلا يطلب على إفادة العلم أجرا و لا يقصد به جزاء و لا شكرا


Hendaklah guru mengikuti tuntutan shohib as-syar’i, yakni Rasulullah saw . Ia janganlah menuntut upah sedikitpun, dan ia jangan pula bertujuan mengharap ganjaran dan terima kasih atas pengajarannya.


3.      أن لا يدع من نصح المتعلم شيئا. و ذلك بأن يمنعه من التصدي لرتبة قبل استحقاقها، و التشاغل بعلم خفي قبل الفراغ من الجلي


Pengajar tiada henti menasehati muridnya. Hal tersebut bertujuan untuk menahan murid dari melambrak aturan yang belum semestinya ia jalani, mencegah murid agar tidak sibuk menekuni ilmu yang rumit/pelik -sebelum beres- daripada ilmu yang gamblang (Guru harus mengajar secara bertahap)


4.      من دقائق الوظائف في صناعة التعليم أن يزجر المتعلم عن سوء الأخلاق بطريق التعريض ما أمكن و لا يصرح، و بطريق الرحمة لا بطريق التوبيخ


Diantara tugas-tugas yang pelik/rumit dalam profesi mengajar adalah mencegah murid dari melakukan perbuatan buruk (akhlak tercela) dengan cara sindiran sedapat mungkin, tidak secara tegas, gamblang, jelas. Dan juga dengan cara yang penuh kasih sayang bukan dengan cara menjelek-jelekan.


5.      أن المتكفل ببعض العلوم ينبغي أن لا يقبح في نفس المتعلم العلوم التي وراءه


Yang menggeluti sebagian ilmu, tidak perlu merasuki hati murid-muridnya dengan mendiskreditkan ilmu-ilmu yang tidak ia tekuni.


6.      أن يقتصر بالمتعلم على قدر فهمه


Pengajar mesti mengukur muridnya sesuai kemampuan pemahamannya.


7.      أن المتعلم القاصر ينبغي أن يلقى إليه الجلي اللائق به، و لا يذكر له وراء هذا تدقيقا و هو يدّخره عنه


Murid yang memiliki keterbatasan (telat paham) mesti disuguhi hal-hal yang gamblang yang cocok baginya. Pengajar tidak boleh menyebutkan hal-hal yang diluar kemampuannya secara mendalam. Pengajar mesti menyimpan (hal-hal yang pelik) tersebut dari murid. 
(dari kitab Ihya al-Ulum ad-din)

Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa aktifitas belajar mengajar khususnya yang dilakukan oleh guru adalah sebuah amaliah yang pahalanya sangat besar sekali. Karena bagaimana bisa seseorang keluar dari kebodohan kalau tidak belajar. Bagaimana bisa seseorang belajar kalau tiada yang mengajari. Oleh karena itu, peran guru sangat vital sekali dalam membentuk karakter individu khususnya, karakter bangsa umumnya. 

Agar cita-cita yang mulia dan keutamaan guru itu tercapai, maka hendaklah seorang guru memperhatikan hal-hal yang pelik dalam proses pembelajaran terutama sikap batin yang akan menentukan muridnya ke arah yang benar. Niat yang baik pasti akan melahirkan sesuatu yang baik. 

Semoga pesan-pesan Imam Al Ghazali tersebut bisa menjadi acuan untuk para guru agar dapat melahirkan generasi yang beriman bertaqwa dan berwawasan

Komentar

Postingan Populer